Rabu, 18 April 2018

Chadijah Saraswati

Chadijah Saraswati, nama gadis cantik ini, saya biasa memanggilannya Saras. Dia  mahasisiwi semester akhir di University of Mindanao Filipina selatan. Selama saya di Davao, Mindanao Filipina beberapa waktu yang lalu. Dik Saras inilah yang menjadi tour guide kami. Dia menguasai beberapa bahasa, ada bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Tagalog. Dia bisa bermain gitar, piano dan suaranya juga merdu. Subhanalloh gadis ini Luar biasa. Multi talent ya. Bapaknya Saras  ini berasal dari sunda Jawa Barat dan ibunya dari Madiun Jawa Timur. Ayah dan ibunya sudah lama tinggal di Filipina, sudah 24 tahun, hampir seperempat abad, bukan?? tetapi ayah ibunya asli Indonesia dan masih berkewarganegaraan Indonesia (WNI) tentunya. Menurut cerita,  dulu ayahnya  sempat menjadi Dosen DLB di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kemudian karena sesuatu dan lain hal, ia merantau menjadi guru di Filipina sampai saat ini.
Nah, di Davao Mindanao  Selain Saras, ada beberapa anak-anak WNI lainnya. Mereka sekolah di sekolah Davao Indonesia (SDI), sekolah ini adalah sekolah milik KJRI yg ada di Davao Mindanao Filipina. Di sekolah inilah anak-anak keturunan WNI bersekolah. Marlon, Siti Khadijah dan  puluhan anak lainnya, Mereka adalah anak-anak WNI  yang lahir dan besar di Filipina, ada yang ayahnya dari Indonesia dan ibunya dari Filipina, begitu juga sebaliknya, ibunya Indonesia ayahnya warga negara  Filipina. Kebanyakan ibu atau bapaknya berasal dari Manado, Halmahera, Sulawesi Utara. Ya, memang tempat -tempat itu dekat dengan perbatasan Filipina. Garis batas seluas laut, pun tak jadi masalah, Tinggal naik kapal sudah bisa   menyeberang ke Filipina hehe.

Saras, Marlon, Siti khadijah dkk Mereka lahir dan besar di tanah Davao, dibesarkan dengan pendidikan Davao, berbicara menggunakan bahasa Tagalog, menyerap nilai-nilai budaya kota Davao Mindanao, teman-temannya pun lebih banyak disini, kehidupan mereka sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Davao Mindanao.  Ada beberapa hal yang mengusik keingintahuan saya. Misalnya, Masih adakah keinginan anak-anak ini  pulang ke Indonesia? Seberapa tahukah mereka tentang  Indonesia? Seberapa kecintaannya terhadap  bangsa Indonesia? Apakah dia bangga dengan bangsa Indonesia? Mendamba negeri Indonesia? Dan sederet pertanyaan lainnya.
" hai Saras, Marlon, kamu lebih cinta mana sih? Indonesia atau Filipina?" ahhh entahlah. Hanya mereka yang bisa menjawabnya hehe.

Tetapi sejatinya mereka masih WNI, akar keluarga besarnya, leluhurnya  pun masih ada di Indonesia, masih ada benang merah yang mengikat anak-anak ini dengan negeri Indonesia, walaupun terkadang mereka tidak memahaminya. Anak-anak itu belum tahu di mana Indonesia, bahkan ada yang belum pernah menginjakkan kaki di Negeri leluhurnya. Mungkin Indonesia hanya ada dalam bayangannya saja. Mungkin Indonesia hanya ada dalam imajinasi Mereka, mungkin indonesia hanya ada dalam fantasi mereka. Mungkin Indonesia hanya ada dalam mimpi-mimpi mereka.
Mudah-mudahan suatu hari nanti anak,-anak itu, akan akan lebih memahami bangsa Indonesia, Lebih mengerti budaya Indonesia, lebih bangga akan tanah airnya, Karena indentitas mereka adalah Indonesia😊😊😊




Tidak ada komentar:

Posting Komentar