Jumat, 16 Maret 2018

Napak tilas tsunami Aceh

      Aceh sebuah propinsi di Indonesia yang terletak di ujung pulau sumatera.
Aceh termasuk provinsi yang konservatif. Artinya apa?? Artinya Masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Karena mayoritas penduduknya adalah muslim. Disini Syariat Islam pun berlaku,  jane apo tho Syariat Islam?? Syariat Islam adalah peraturan yang mengacu pada hukum Islam. Baik itu yang terkait hubungan manusia dengan Allah, ataupun manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan  lingkungannya. Bisa disimpulkan syariat Islam itu hukum yang sesuai dengan Al-qur'an dan Hadis.  Tujuan penerapan syariat islam disini untuk menciptakan  kemaslahatan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Eh.. Eh ko jadi ngelantur sih. Bukan.. Bukan hal itu yang ingin saya ceritakan. hehe.

      Beberapa waktu yang lalu, saya mengunjungi Banda Aceh. Berada disini tentunya saya ingin  Sedikit napak tilas jejak tsunami di aceh.  Mungkin kita masih ingat ya, pada tahun 2004, tiga belas tahun yang lalu. Tepatnya tanggal 26 desember 2004 kota ini dilanda gempa dan tsunami. gempa 9,3skala richter. Gempa yang cukup dahsyat,  bukan? pusat gempa  berada di dekat laut simeuleu. kemudian di susul oleh gelombang raksasa setinggi kurang lebih 15 meter yang meluluhlantakkan kota ini.  Konon,  bencana gempa dan tsunami di Aceh ini menelan korban terbanyak di Dunia. kita  tidak bisa membayangkan peristiwa itu, suasananya seperti apa. Waktu itu yang saya lihat di tv   cukup memprihatinkan. 
          Untuk menggali jejak sejarah tsunami, ada beberapa tempat yang akan saya kunjungi. Tempat pertama adalah museum tsunami. Museum tsunami ini berada di pusat kota Banda Aceh. Museum di bangun pada tahun 2009. Museum biasanya adalah tempat sejarah untuk mengenang dan menyimpan suatu peristiwa. Tetapi sedikit berbeda dengan museum di Banda Aceh. Tempat ini tidak hanya memiliki nilai memorial tentang bencana tsunami saja. Tetapi Museum ini di bangun untuk sarana edukasi dan evakuasi jika ada bencana. Karena tempat ini tahan gempa. Arsitek yang merancang museum yang super keren adalah bapak M. Ridwan kamil  seorang dosen ITB Bandung.  Yang saat ini menjabat Walikota Bandung. 

Memasuki museum ini saya melewati anak tangga atau lorong yang panjang dan gelap.  di samping lorong ini ada cipratan air dari sisi dindingnya. Hal ini mengingatkan kita pada kejadian tsunami kala itu. setelah  Keluar dari tempat ini,  saya pun masuk kedalam suatu ruangan,  ruangan ini seperti  cerobong berbentuk silinder mengarah ke atas. Di bagian puncaknya ada lafad Allah. Di dinding ruangan tertulis  3800 nama korban tsunami. Ruangan ini di biasa disebut space of surrow ( atau sumur doa). Kemudian saya pun sampai pada satu ruangan. Dimana,  serangkaian kejadian 26 desember 2004 silam pasca tsunami diulas kembali,  dalam layar-layar standing screen yang ada di museum. Merinding saya melihat kerusakan dan kehancuran. Gedung-gedung tersapu tsunami,  mayat-mayat bergelimpangan, dan sederet cerita pilu lainnya. 
        Setelah selesai menjelajah museum tsunami,  saya melanjutkan perjalanan menuju ke kuburan massal.  Biasanya kuburan sering digambarkan seram dan angker. Tetapi berbeda dengan Kuburan masal. Tak ada kesan seram ataupun mistis. Ya, memang kuburan ini tidak seperti kuburan lainnya. Tidak nampak gundukan tanah,  tak ada pula batu nisan ataupun papan nama. Padahal di situ  ribuan orang dimakamkan, berlapis-lapis. Yang tampak di makam ini,  hanyalah hamparan rumput hijau dan pohon yang rindang layaknya sebuah taman umum. Namun,  makam ini tetap menyisakan duka yang mendalam bagi  keluarga korban gempa dan tsunami. Sebab di kuburan massal inilah,  sanak keluarga mereka di kuburkan. 
Kemudian destinasi terakhir yang saya kunjungi  kapal apung PLTD. Panjang Kapal apung PLTD 63 meter, dengan luas 1900 meter persegi dan bobot 2600 ton. kapal ini mampu menghasilkan listrik sebesar 10,5 megawatt. kapal ini bersandar di ulee-lheue sebagai sumber listrik untuk wilayah ini. Dan,  ternyata. Saat tsunami melanda kapal ini terseret 5 kilometer, dan bergeser ke Banda Aceh di tengah-tengah pemukiman padat penduduk. Dengan melihat fakta sejarah ini,  bisa dibayangkan. Bahwa: bencana gempa dan tsunami tahun 2004 silam sangat dahsat.

       Kerusakan yang diakibatkan oleh bencana tsunami sangat dahsyat. Namun,  ada beberapa masjid yang masih kokoh berdiri, walapun di terjang tsunami.masjid ini  tidak mengalami kerusakan yang berarti. Apakah ini tandanya bahwa ada campur tangan tuhan?
Aaahh, entahlah.  Walluhu a'lam.

        setelah selesai menjelajah situ-situs tsunami, sekarang saatnya  untuk mencicipi kuliner khas kota ini heee. Salah satunya kopi Gayo. Disini, Banyak kedai kopi yang berjualan di pinggir jalan.  Dari yang tradisional sampai modern. Gak ada salahnya ikut nongkrong, sambil menikmati kenikmatan kopi Aceh.  Sebab tak lengkap jika ke Aceh tapi belum menikmati kopi khas kota ini. Nah, satu lagi kuliner khas kota Banda Aceh yang wajib dicoba. yaitu mie Aceh. Ada kedai mie yang cukup terkenal disini,  namanya mie Rajali. Berhubung saya datang ke kedai ini pada saat maghrib, maka kedai ini tidak melayani kami. Kedai ditutup sementara, karena penjualnya harus melaksanakan sholat terlebih dulu. So, saya batal deh mencicipi mie Aceh langsung dari tempatnya hehe. Nah,  Sekedar tips, jika mau mencicipi mie Rajali,  jangan datang pas waktu sholat ya,  karena pada waktu sholat. 
Kedai akan tutup  Dan akan dibuka kembali setelah sholat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar